CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Wednesday, December 03, 2008

pudingmu malang, pintuku hilang

assalamu alaikum wr. wb.

tersebutlah, pada suatu sore yang cerah di sebuah restoran yang berlokasi di jalan bulungan, tujuh orang anax yang kelaparan, yaitu babon N, preman V, badut keliling, oknum N, encik I, A Ling, dan penulis sendiri, terlihat sedang bercakap-cakap sambil menikmati indahnya pemandangan sore bulungan yang dihiasi metromini 611.

hingga mata penulis dan babon N tertuju pada sesuatu.

bukan, bukan pada layar TV yang menyiarkan lagu nt. que, tetapi pada meja sebelah kami.

yang dihiasi dengan kentang goreng dan puding yang belum disentuh.

kontan penulis dan babon N tidak dapat menahan nafsu lapar untuk segera memangsa kentang dan puding tersebut. ditambah lagi dengan adanya dorongan mental dari preman V ; 'ambil aje, simpen buat anak cucu entar', walaupun beberapa orang yang lain berbisik manja ; 'jangan, perbuatan tersebut tiadalah pantas untuk dilakukan'

namun, nafsu kami tak dapat terbendung lagi. dengan gerakan yang secepat perpindahan elektron dari katoda Na+ ke anoda Cl-, babon N dan preman V berhasil mengambil alih kentang, sedangkan penulis mengamankan puding yang masih tertutup rapat.

sambil menyunggingkan senyum licik dan mengambil langkah seribu keluar dari restoran tersebut, kami bertiga melahap kentang goreng hasil temuan kami sementara yang lain meronta-ronta meminta bagian.

benar-benar profil orang indonesia sejati.
--

selama di bus, kami bertiga melahap kentang goreng dengan jumawa, dilanjutkan dengan upacara sakral pemangsaan puding coklat secara bergiliran.

dan tujuh pasang mata lainnya menatap kami dengan tatapan iri.
ya, sudah ada afganista I, si kembar F, dan adek I.

tidak pernah mendapat makanan gratis sebelumnya, setetes air mata membasahi sudut mata terjauh preman V.

apakah hal itu adalah efek lensa kontak?
atau ia memang tidak pernah mendapat gretongan?
ataukah ia disumpahi pemilik puding menjadi alergi makanan enak?

--
detik demi detik kemudian kami lalui dengan mengerjakan soal bahasa inggris dengan seorang kakak pengajar BTA, hingga salah seorang staf BTA mencoba membuka pintu kelas kami dengan kekerasan hingga gagang pintu rusak dan tidak dapat dioperasikan.

hal pertama yang terlintas di otak ; ah, nanti juga bener sendiri.
hal kedua yang terlintas di otak ; kerudung gue miring ya?

beberapa saat kemudian, sesi pembelajaran bahasa inggris selesai jua. tampak dari kejauhan gagang pintu telah rusak, terbukti dengan gagang yang menghadap kebawah.

oh tidak.

ternyata kami terjebak di kelas ini.

setelah sempat menggedor-gedor pintu dan mengguncang-guncang teralis jendela yang terhubung ke dunia luar (dan berteriak-teriak bak primata, tentunya), para staf BTA yang ada diluar pun menyadari bahwa kami benar-benar terkunci di dalam.

namun, bukannya bertaubat kepada Yang Maha Esa dan mengenang kenangan-kenangan indah dalam hidup, kami malah membuat video amatir (dapat dilihat di telepon seluler afganista I) dan berfoto dengan gaya narapidana yang hendak dihukum pancung besok.

tidak, kami tidak menggunakan media kamera telepon seluler kami, melainkan kamera telepon seluler para staf BTA.

seperti tidak mau melewatkan momen dimana sang primata akhirnya dipertemukan dengan habitatnya, para staf BTA mulai berkodak disana-sini, hingga kilatan cahaya saling menyambar.

inikah rasanya menjadi artis sehari?

euphoria itu berkembang ketika agen Fi tiba-tiba muncul dengan kamera andalannya.

demi oknum N, tentunya.

apabila suatu saat pembaca menemukan secarik brosur BTA yang dihiasi dengan foto kami di balik teralis, penulis menyarankan agar segera dibakar dan dikubur karena dapat menyebarkan virus kusta.

beberapa dari kami, seperti adek I dan si kembar F, hanya dapat pasrah dan melantunkan shalawat dengan nada lirih. sedangkan preman V dan encik I mencoba untuk mencongkel teralis menggunakan obeng, sementara babon N, afganista I, A Ling, dan badut keliling tampak sedang menyemangati kegigihan preman V dan encik I yang saking hot-nya hingga membuka baju.

penulis, yang tidak dapat mengangkat kerudung barang sesenti pun, hanya bisa mendengki dari kejauhan.

penulis sendiri, bertugas sebagai reporter kejadian yang terjadi bersama oknum N, menggunakan media kamera video telepon seluler milik afganista I.

sambil mengusut reportase, penulis berusaha menilik apa yang telah menyebabkan kejadian ini.
apakah karena penulis menghina agen Fi di depan oknum N?
apakah karena penulis, preman V, dan babon N mengambil yang bukan haknya?
apakah Zac Efron gay?

--
setelah kurang lebih setengah jam terkungkung di dalam ruangan yang berwarna kuning pisang, akhirnya salah satu staf bta berhasil merusak pintu menggunakan pensil sehingga terbentuk lubang yang menganga.

kami pun menghela napas lega.

beberapa terisak haru seperti menemukan jodohnya yang hilang.

kakak BTA adalah yang pertama kali mencoba keluar dari ruangan tersebut (ya, beliau melihat perilaku kami yang sedang ayan saat itu), ternyata beliau dapat melaluinya tanpa hambatan.

penulis pun berhasrat untuk melakukan hal yang sama.

dan penulis melakukannya, keluar melalui lubang di pintu untuk menjangkau cakrawala dunia yang lebih luas dan mensupply kekurangan oksigen ke paru-paru--

dan mendapati sejuta pasang mata staf pengajar dan murid BTA di bacang kuning menatap penulis.
pandangan mereka bagai melihat sadako yang baru saja keluar dari TV, sorot matanya seperti meneriakkan, 'anak gila! ANAK GILA!'

merasa dipermalukan di depan publik, penulis pun masuk kembali.

sungguh pengalaman tak terlupakan.
--

wassalamu alaikum wr. wb.